Jumat, 04 Mei 2012

Melawan Rasa Malas

Rasa malas termasuk salah satu ‘penyakit berat’ yang sering menghinggapi manusia. Ya! Kemalasan adalah salah satu faktor dominan yang membuat manusia sulit meraih kesuksesan. Kemalasan pula yang seringkali menghambat seseorang bahkan suatu bangsa dalam meraih kemajuan. Tidak cuma itu, kemalasan juga tak jarang membuyarkan segala amal dan cita-cita manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
Berbicara tentang kemalasan, sebenarnya bukan berbicara tentang kurangnya pengetahuan. Orang malas mengetahui tentang apa yang harus dia lakukan, tetapi dia tetap tidak melakukan hal yang semestinya dilakukan, entah itu karena enggan atau malas itu tadi. Sesungguhnya kerugian yang timbul akibat kemalasan pun bukan main-main bisa jadi sampai hilang nyawa. Penganggur yang malas mencari nafkah atau malas bekerja keras, benar-benar dapat menjadi beban pemborosan, karena walaupun menganggur dia tetap harus menguras dana untuk makan, minum, tempat berteduh, mandi, listrik, air, dan sebagainya.
Padahal kalau dia mau saja keluar dari rumahnya dengan niat dan tekad untuk bekerja keras mencari nafkah niscaya, maka dia akan seperti burung yang keluar dari sangkarnya dan kembali membawa cacing untuk makan keluarganya. Jadi bukan karena tidak ada jatah rezekinya, melainkan malas menjemput jatahnya. Dan kalaupun memang ‘belum waktunya’ memperoleh pekerjaan, maka jadilah pribadi yang sanggup berhemat dan tidak menjadi beban.
Ada seorang pemuda, malah mahasiswa, mempunyai motor yang bagus. Sayang, dia malas sekali untuk memarkir kendaraan di tempat yang semestinya. Dia merasa lebih mudah menyimpan di depan pintu kosnya. Lebih dari itu, dia pun malas untuk repot-repot menggunakan rantai pengaman. Di ujung kisah ini sudah bisa ditebak, kemalasan seperti ini akan memberi kemudahan bagi para maling untuk melakukan aksinya. Malas mengeluarkan waktu dan tenaga yang tak seberapa, maka hasilnya lenyaplah berjuta-juta.
Kisah lainnya tentang safety belt atau sabuk pengaman. Karena merasa sudah terbiasa tak menggunakan dan juga malas memakainya, sang bos sebagai pemilik mobil mewah harus memikul derita menyedihkan, yaitu tatkala ada mobil orang lain yang hilang kendali sehingga menabrak mobilnya tanpa bisa dihindarkan. Akibatnya, dia harus berbaring di rumah sakit berbulan-bulan karena gegar otak dan patah tulang. Tentu saja, hal ini menyebabkan dia harus mengeluarkan biaya besar. Tidak cuma itu, dia juga tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga hilanglah kesempatan bisnisnya. Nah, silakan hitung sendiri jenis kerugian lainnya!
Lantas bagaimana dengan sopirnya. Ternyata, walaupun sang sopir pendidikannya hanya sekolah dasar, tetapi dia selalu berusaha tertib, disiplin, dan tidak mengenal malas untuk menyempurnakan kewajibannya. Sang sopir selamat karena menggunakan sabuk pengaman dengan baik dan juga tidak pernah malas untuk berdoa meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai segala kejadian.
Saudaraku, marilah kita renungkan perkara kemalasan lainnya. Misalnya malas mandi, maka bersiaplah untuk berpanu-ria. Malas mengerjakan tugas dan belajar maka bersiaplah untuk tidak naik kelas. Malas ngantor maka bersiaplah untuk dirumahkan, malas ibadah maka bersiaplah untuk mendapatkan penderitaan dunia akhirat, na’udzubillah. Bukankah tugas kita di dunia ini untuk beribadah? Percayalah tidak ada jalan kesuksesan bagi si pemalas yang malang. Maka, marilah kita lawan dengan segenap tenaga, dobrak, bagai buldozer menggempur penghalang. Yakinlah bahwa kita sanggat sanggup melawan kemalasan yang merugikan dan menghinakan itu dengan mudah asalkan mau memulainya dengan belajar mendisiplinkan diri dalam segala hal

Related Posts :



Read more at http://yus2812.blogspot.com/2012/06/artikel-terkait-berdasarkan-label.html#XVmm5bGXRQE2RXzt.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar