Menurut
Durkheim fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir dan
berperasaan yang berada diluar individu dan memiliki kekuatan memaksa
yang mengendalikannya.
Sebagai
salah satu contoh yang dipaparkan oleh Durkheim berhubungan dengan
konsep sosial ini tentang pendidikan anak, dikemukakan bahwa sejak bayi,
seorang anak diwajibkan makan, minum, tidur pada waktu-waktu tertentu,
diwajibkan taat dan menjaga kebersihan serta ketenangan, diharuskan
tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat kebiasaan. Dalam
Durkheim (1965) dapat dijumpai unsur-unsur yang berhubungan dengan
definisi fakta sosial yang dikemukakannya yaitu ada cara bertindak,
berpikir dan berperasaan yang bersumber pada suatu kekuatan diluar
individu, bersifat memaksa dan mengendalikan individu, dan berada diluar
kehendak pribadi individu. Seorang anak yang tidak menaati cara-cara
yang diajarkan akan mengalami sanksi dari suatu kekuatan luar.
Weber
memberikan defini tentang sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari
tindakan sosial. Karena sosiologi bertujuan memahami mengapa tindakan
sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan
memiliki makna subyektifbagi pelakunya, maka ahli sosiologi harus dapat
membayangkan dirinya ditempat pelaku untuk dapat ikut menghayati
pengalamannya. Sebagai contoh, hanya dengan menempatkan diri ditempat
seorang pelacur atau seorang pelaku bunuh diri sajalah seorang ahli
sosiologi dapat memahami makna subyektif tindak sosial mereka, memahami
mengapa tindakan sosial tersebut dilakukan serta dampak dari tindakan
tersebut.
Disamping
itu Mills berpandangan bahwa manusia memerlukan khayalan sosiologi
untuk dapat memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan
hubungan antara keduanya. Untuk melakukannya diperlukan dua peralatan
pokok yaitu yang dinamakan dengan personal troubles of milieu dan public
issues of social structure.
Berger
mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi. Yaitu
sebagai seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang,
melakukan sesuatu untuk orang lain, seorang kritikus dibidang sosial,
seorang yang melakukan reformasi sosial, seseorang yang pekerjaannya
mengumpulkan data statistik mengenal prilaku manusia, oarang yang
mencurahkan perhatiannya pada perkembangan metode ilmiah untuk dipakai
dalam mempelajari fenomena manusia, dan seorang pengamat yang memelihara
jarak, seorang manipulator manusia. Berger mengemukakan bahwa berbagai
citra yang dianut orang tersebut adalah tidak tepat, keliru dan
mneyesatkan.
Menurut
Berger seorang ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat. Berger
berpendapat bahwa daya tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa
sudut pandang sosiologi memungkinkan kita untuk memperoleh gambaran lain
mengenal dunia yang telah kita tempati sepanjang hidup kita.
Konsep
lain yang disoroti oleh Berger ialah konsep “masalah sosiologis”.
Menurut Berger suatu masalah sosilogi tidak sama dengan suatu masalah
sosial; masalah sosiologis menyangkut pemahaman terhadap interaksi
sosial.
Sejumlah
ahli sosiologi mengklasifikasikan pokok bahasan sosiologi kedalam dua
bagian, ada pula yang membagi kedalam tiga bagian. Selznick dan Broom
membedakan antara tatanan makro dan tatanan mikro, Douglas membedakan
antara perspektif makrososial dan perspektif mikrososial, Johnson
membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro, dan Collins
membedakan antara sosiologi makro dan sosiologi mikro. Lenski
mengemukakan bahwa dalam sosiologi terdapat tentang analisa: sosiologi
mikro, sosilogi meso, dan sosiologi makro. Inkeles pun melihat bahwa
sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas yaitu hubungan sosial,
institusi, dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar