Sistem
verbal atau sistem kala-aspek-modus (KAM) dalam sintaksis klausa tidak
hanya menyangkut kaidah morfologis. Berikut penjelasan tiap sistem:
Sistem Kala
Terdapat bahasa yang tidak memiliki pemarkahan morfologis yang bersifat paradigmatis dan bukan derivasional.
Terdapat bahasa yang perfrastis.
Kala menunjukkan waktu keadaan/tindakan yang diungkapkan oleh verba pada saat penuturan.
Sistem Aspek
Pemarkahan morfologis verbal tanpa verba bantu jarang ditemukan tetapi bisa ditemukan pada predikat perifratis.
Terdapat bahasa dengan aspek verbal yang berciri morfologis pada bahasa-bahasa Slav.
Aspek menunjukkan segi arti verba yang berkaitan dengan permulaan, ketika terjadi, diulang tidaknya/terdapat hasil atau tidak tindakan tersebut.
Terdapat bahasa yang tidak memiliki pemarkahan morfologis yang bersifat paradigmatis dan bukan derivasional.
Terdapat bahasa yang perfrastis.
Kala menunjukkan waktu keadaan/tindakan yang diungkapkan oleh verba pada saat penuturan.
Sistem Aspek
Pemarkahan morfologis verbal tanpa verba bantu jarang ditemukan tetapi bisa ditemukan pada predikat perifratis.
Terdapat bahasa dengan aspek verbal yang berciri morfologis pada bahasa-bahasa Slav.
Aspek menunjukkan segi arti verba yang berkaitan dengan permulaan, ketika terjadi, diulang tidaknya/terdapat hasil atau tidak tindakan tersebut.
Sistem Modus
Mengungkapkan sikap penutur terhadap apa yang dituturkan, kepastian, kesangsian, pertanyaan,pengingkaran dan pandangan riil tidaknya fungsi verba.
Mengungkapkan sikap penutur terhadap apa yang dituturkan, kepastian, kesangsian, pertanyaan,pengingkaran dan pandangan riil tidaknya fungsi verba.
Ada beberapa yang tidak memiliki sistem kala morfologis (misalnya bahasa Indonesia).
Bahasa yang mempunyai dua kala bersifat “preterit“ dan “nonpreterit“ (ex. Bahasa Indian Amerika).
Terdapat juga kala “preterit rangkap“ yang terbagi menjadi ”preterit dekat dan preterit lama (ex. Bahasa asli Papua Nugini).
Susunan kala merupakan hubungan satu kala dengan kala yang lain.
Pada
bahasa yang tidak bersistem kala secara morfemis (didalam konteks),
pengartian kala terletak pada konstituen periferal yang sesuai.
Berikut contoh datanya:
Bahasa Indonesia
(1) Kami berapat kemarin dulu. [preterit]
(2) Saya lahir pada tahun 1940. [preterit]
(3) Mereka sudah selesai makan. [perfekta]
(4) Pesawat udara telah mendarat. [perfekta]
Keterangan:
Pada kutipan (1) dan (2) pada data kemarin dulu dan pada tahun 1940 merupakan periferal leksikal.
Pada data (3) dan (4) yaitu sudah dan telah, kata sudah bisa disebut periferal leksikal karena dapat dipakai secara klausal. Misalnya:
Apakah dia sudah datang? (sudah) (secara klausal)
Sudahlah! (klikika emfatis)
Sudahkah? (interogatif)
Saya sudah tidak mampu lagi. (negasi)
Kata telah lebih bersifat gramatikal karena tidak bisa menempati fungsi leksikal periferal. Berikut pembuktiannya:
Apakah dia telah datang? (Telah)
Telahlah selesai
Telahkah?
Saya telah tidak mampu lagi
Sudah akan menempati peran modal jika dikontraskan dengan kata belum yang mencerminkan harapan atau rasa khawatir atau sangkaan dari pihak penutur. Ex. Sudah belum?
Telah merupakan aspek, karena merupakan konstituen pada predikat.
Jika tanpa pemarkahan morfemis verbal, maka sistem kala hanya bisa diaplikasikan secara leksikal saja. Sedangkan penggunakan ’partikel’ akan menonjolkan kegramatikalan sistem kala. Sehingga dasar dari sistem kala adalah sistem aspektual dan modal.
Bentuk yang tidak bermarkah dari verba statif mengandung makna kala present (saat ini).
Bahasa Indonesia
(1) Kami berapat kemarin dulu. [preterit]
(2) Saya lahir pada tahun 1940. [preterit]
(3) Mereka sudah selesai makan. [perfekta]
(4) Pesawat udara telah mendarat. [perfekta]
Keterangan:
Pada kutipan (1) dan (2) pada data kemarin dulu dan pada tahun 1940 merupakan periferal leksikal.
Pada data (3) dan (4) yaitu sudah dan telah, kata sudah bisa disebut periferal leksikal karena dapat dipakai secara klausal. Misalnya:
Apakah dia sudah datang? (sudah) (secara klausal)
Sudahlah! (klikika emfatis)
Sudahkah? (interogatif)
Saya sudah tidak mampu lagi. (negasi)
Kata telah lebih bersifat gramatikal karena tidak bisa menempati fungsi leksikal periferal. Berikut pembuktiannya:
Apakah dia telah datang? (Telah)
Telahlah selesai
Telahkah?
Saya telah tidak mampu lagi
Sudah akan menempati peran modal jika dikontraskan dengan kata belum yang mencerminkan harapan atau rasa khawatir atau sangkaan dari pihak penutur. Ex. Sudah belum?
Telah merupakan aspek, karena merupakan konstituen pada predikat.
Jika tanpa pemarkahan morfemis verbal, maka sistem kala hanya bisa diaplikasikan secara leksikal saja. Sedangkan penggunakan ’partikel’ akan menonjolkan kegramatikalan sistem kala. Sehingga dasar dari sistem kala adalah sistem aspektual dan modal.
Bentuk yang tidak bermarkah dari verba statif mengandung makna kala present (saat ini).
Sedangkan sistem kala secara terperinci dapat ditemukan pada data (Bahasa Inggris) berikut:
(5) The workers went on strike because negotiations had failed. [preterit, anterior]
(6) That year they had been married twenty-five years. [anterior]
(7) Next year they will have been married twenty-five years. [future anterior]
(8) Tomorrow I {will go / am going} downtown. [future]
(9) Later he {will write / *writes} those letters. [future]
Keterangan.
- Pada data diatas preterit anterior direferensikan pada preterit sebelumya: had failed direferensikan pada went.
- Perfekta lebih mengacu kepada aspek bukan kala.
- Pada data (7) lebih tepat disebut sebagai future perfect.
- Pada data (9) dapat dilihat bahwa bentuk future harus diberi pemarkah verba Bantu.
- Pada data (8) merupakan bentuk perfect progressive.
(5) The workers went on strike because negotiations had failed. [preterit, anterior]
(6) That year they had been married twenty-five years. [anterior]
(7) Next year they will have been married twenty-five years. [future anterior]
(8) Tomorrow I {will go / am going} downtown. [future]
(9) Later he {will write / *writes} those letters. [future]
Keterangan.
- Pada data diatas preterit anterior direferensikan pada preterit sebelumya: had failed direferensikan pada went.
- Perfekta lebih mengacu kepada aspek bukan kala.
- Pada data (7) lebih tepat disebut sebagai future perfect.
- Pada data (9) dapat dilihat bahwa bentuk future harus diberi pemarkah verba Bantu.
- Pada data (8) merupakan bentuk perfect progressive.
Aspek-aspek verbal dapat dibagi dalam beberapa jenis, sbb:
Permulaan: terdapat verba inkoatif, yang berfungsi mengetahui inti awal verba.
Penyelesaian: terbagi menjadi dua yaitu: perfektif dan imperfektif, yang menyatakan selesai tidaknya tindakan atau berlaku tidaknya keadaan.
Hasil: terbagi atas resultatif dan non-resultatif, menyatakan ada tidaknya hasil tindakan atau proses.
Keberlangsungan: terbagi atas durative dan progresif, menyatakan berlansungnya tindakan atau proses.
Pengulangan: berupa iterative, menyatan sesuatu yang terjadi berulang kali. Contoh: memukuli, berasal dari afiks me + pukul +i.
Kebiasaan: berupa habituatif, menyatakan suatu tindakan sebagai suatu kebiasaan.
Keterikatan pada saat tak terbagi: berupa pungtual, menyatakan terjadinya sesuatu pada saat yang tak terbagi. Contoh: jatuh, mengerlingkan mata.
Keadaan: berupa statif, menyatakan keadaan tidak berubah, tanpa proses dan tanpa ada yang dihasilkan.
Aspek verbal dapt bersifat leksikal apabila arti leksikalnya menjadi dasar dan berdasarkan afiks derivasional.
Berikut Evidensi data dari aspek verbal sintaksis:
Bahasa Inggris
(10) I {shave/ *am shaving} every morning. [habituatif]
(11) He {spoke/ *has spoken} to his sister yesterday. [preterit]
(12) He has spoken to his sister (*yesterday). [preterit]
(13) They are going home tomorrow. [future]
(14) They {have been going /*have gone} there for months. [iterative]
(15) We had a {swim / walk / drink}. [pungtual]
(16) I am not about to do that. [inkoatif]
Bahasa Inggris
(10) I {shave/ *am shaving} every morning. [habituatif]
(11) He {spoke/ *has spoken} to his sister yesterday. [preterit]
(12) He has spoken to his sister (*yesterday). [preterit]
(13) They are going home tomorrow. [future]
(14) They {have been going /*have gone} there for months. [iterative]
(15) We had a {swim / walk / drink}. [pungtual]
(16) I am not about to do that. [inkoatif]
Keterangan.
Pada data (10), dapat diketahui bahwa aspek habituatif berkenaan dengan penggunaan pada verba progresif tidak gramatikal
Pada data (11) hal yang merujuk pada masa lampau tidak menggunakan perfect tetapi preterit.
Pada data (12), perfect dapat digunakan apabila tidak ada peripheral keterangan waktu secara pungtual yang resultatif.
Pada data (13) menunjukkan bentuk future tetapi bukan progresif.
Data
(14) menunjukkan resultatif secara leksikal. Have been going merupakan
data yang tidak gramatkal. Sedangkan have gone bersifat iterartif, yaitu
orang yang diacu pada subjek they telang pergi berulang kali.
Data (15) menunjukkan frasa to have a [+merupakan verba yang dinominalisasi. Menunjukkan penggunaan waktu yang terbatas.
Pada data (16), about to menunjukkan sifat inkoatif dari verba yang mengikutinya.
Modus
verbal pada klausa terdapat beberapa jenis yaitu: deklaratif dan
interogatif, afirmatif dan negatif, desideratif (optatif/dubitatif),
kepastian atau kesangsian, sifat pandangan real atau ireal, sifat
hortatif dan imperatif.
Klausa interogatif (ex. Apakah dia sudah berangkat?), beroposisi dengan klausa deklarative (ex. Dia sudah berangkat).
Berdasarkan kedua tipe tersebut dapat dijelaskan bahwa klausa
deklaratif merupakan modus yang tak bermarkah dan secara gramatikal
(secara sintaksis dan morfologis) tidak memiliki bentuk khusus. Sehingga
klausa interogatif merupakan sintaksis khusus yang mempunyai dua bentuk
yaitu: yes/no question (pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya/tidak,
disebut juga pertanyaan polar) dan WH-question (why, what, which, who,
whose, whom, dan how, disebut juga pertanyaan non-polar). Berbagai
bahasa mempergunakan juga susunan beruntun dengan Subjek sesudah
Predikat untuk menandai pertanyaan. Dalam bahasa Inggris memiliki verba
bantu do/does untuk interogatif (kecuali untuk verba bantu dan verba to
be). Sedangkan dalam bahasa Indonesia memiliki klitika-kah dalam pertanyaan.
Klausa
negatif (ex. Para mahasiswa tidak setuju) beroposisi dengan klausa
afirmatif (Para mahasiswa setuju). Klausa afirmatif adalah modus yang
tak bermarkah. Modus negatif pada klausa dianggap sama dengan negasi
Predikat. Cakupan negasi dapat menjadi struktur yang lebih kecil dari
klausa misalnya frasa atau bahkan satu kata saja. Pada klausa Kamu harus pergi bukan ke Jakarta melainkan ke Bandung , yang menjadi cakupan penegasi bukan adalah frasa ke Jakarta.
Beragam
alat negasi yaitu: diklitikan pada verba, berupa partikel relatif bebas
secara morfologis. Sehingga negasi (klausal) dapat berbentuk konstituen
inti (argumen) dan konstituen luar inti (periferal). Contoh data sbb:
Jepang
(17) Koko ni hon wa arimas – en.
Sini di buku PT ada NEG
Di sini buku itu tidak ada
(17) Koko ni hon wa arimas – en.
Sini di buku PT ada NEG
Di sini buku itu tidak ada
Inggris
(18) They {are not/ are’nt} coming.
(19) They will never do this right.
(20) Nobody came early.
(21) We saw nothing.
(18) They {are not/ are’nt} coming.
(19) They will never do this right.
(20) Nobody came early.
(21) We saw nothing.
Perancis
(22) Ils ne sont pas venus.
3:J NEG VBKP:3:J:KPR NEG datang
Mereka tidak datang [perf]
(22) Ils ne sont pas venus.
3:J NEG VBKP:3:J:KPR NEG datang
Mereka tidak datang [perf]
Itali
(23) Non ne so nulla.
NEG dari: itu tahu:1:T:KPR Neg: apa-apa
Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu.
(23) Non ne so nulla.
NEG dari: itu tahu:1:T:KPR Neg: apa-apa
Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu.
Keterangan.
Pada bahasa Jepang, negasi berupa klitika –en, pada bahasa Inggris penegasinya adalah not, yang juga dapat dienklitikakan pada verba bantu (17).
Negasi dapat berupa adverbial temporal (never, (19)), subjek negative (nobody, (20)), dan obyek negative (nothing, (21)).
Pada bahasa perancis negasi konstituen berupa ne+verba+pas. Sedangkan pada bahasa itali ditemukan negasi rangkap yaitu: non+verba+nulla (23).
Dalam
beberapa bahasa modus desideratif atau optatif berupa morfologis tampak
pada paradigma verba contohnya seperti dalam bahasa
Yunani
Kuno dan Jepang. Biasanya digunakan untuk kalimat pujian atau
mengagungkan. Contoh modus subjungtif berperan sebagai optatif, sbb:
Latin
(24) Viv at rex
Hidup 3:T:KPR:SJ:AKT raja
’Hidup Raja!’
(24) Viv at rex
Hidup 3:T:KPR:SJ:AKT raja
’Hidup Raja!’
Jerman
(25) Er leb-e hoch
3:M:T hidup 3:T:KPR:SJ tinggi
’Semoga ia hidup!’
(25) Er leb-e hoch
3:M:T hidup 3:T:KPR:SJ tinggi
’Semoga ia hidup!’
Inggris
(26) Long live-ø the queen.
Lama hidup:3:T:KPR:SJ ART:DEF ratu
Hidup Sri Ratu!
Indikatif ‘Ia hidup’ pada bahasa latin adalah vivit, dalam bahasa Jerman: lebt, dalam bahasa Inggris: lives. Pada bahasa lain juga bisa terdapat konstituen khusus optatif advebia dan verba Bantu khusus. Misalnya:
(26) Long live-ø the queen.
Lama hidup:3:T:KPR:SJ ART:DEF ratu
Hidup Sri Ratu!
Indikatif ‘Ia hidup’ pada bahasa latin adalah vivit, dalam bahasa Jerman: lebt, dalam bahasa Inggris: lives. Pada bahasa lain juga bisa terdapat konstituen khusus optatif advebia dan verba Bantu khusus. Misalnya:
Indonesia
(27) Semoga Ia berhasil.
(27) Semoga Ia berhasil.
Belanda
(28) Mog- e hij morgen slagen
VB:3:T:OPT 3:M:T besok lulus:INF
Semoga ia lulus besuk.
(28) Mog- e hij morgen slagen
VB:3:T:OPT 3:M:T besok lulus:INF
Semoga ia lulus besuk.
Inggris
(29) May he be successful
Semoga 3:T:M KOP:INF bersukses
Semoga ia sukses
(29) May he be successful
Semoga 3:T:M KOP:INF bersukses
Semoga ia sukses
Alat
modus desideratif atau optatif biasa ditemukan pada verba Bantu yang
mengandung makna ingin, dapat/mampu, boleh dan harus. Contoh kata dalam
bahasa Inggris yaitu: want to, wishes to, can, may, must.
Modus
irealis adalah modus yang dimarkahi, beroposisi dengan modus realis,
yang tidak bermarkah dan tidak berbeda dari modus deklaratif. Modus
subjungtif dalam beberapa bahasa menjadi alat modus irealis, sedangkan
pada beberapa bahasa yang lain juga yang menjadi modus irealis adalah
verba bantu atau konstituen. Contohnya sbb:
Jerman
(30) (Man sagt) Karl sei krank
(Katanya) Karl KOP:3:T:KPR:SJ sakit
Katanya si Karl sakit
(30) (Man sagt) Karl sei krank
(Katanya) Karl KOP:3:T:KPR:SJ sakit
Katanya si Karl sakit
Belanda
(31) Hij moet ziek zijn
3:M:T VBIR sakit KOP:INF
Katanya ia sakit
(31) Hij moet ziek zijn
3:M:T VBIR sakit KOP:INF
Katanya ia sakit
Inggris
(32) He is supposed to be ill.
3:T:MVBP:3:T:IND andaikan:PAP PINF KOP:INF sakit
Katanya dia sakit.
Pada data (30) bentuk subjungtif sei menunjukkan bahwa penutur tidak mau terikat pada benar tidaknya berita bahwa Karl sedang sakit.
(32) He is supposed to be ill.
3:T:MVBP:3:T:IND andaikan:PAP PINF KOP:INF sakit
Katanya dia sakit.
Pada data (30) bentuk subjungtif sei menunjukkan bahwa penutur tidak mau terikat pada benar tidaknya berita bahwa Karl sedang sakit.
Dalam bahasa Belanda digunakan verba bantu moeten ‘harus’ (merupakan contoh verba modal irealis), sedangkan pada bahasa Inggris terdapat struktur verba supposed to.
Selain itu juga ada tipe kalimat menyatakan ketidakriilan tetapi bisa
sebagai sebuah kemungkinan yang terjadi pada saat lampau, misalnya:
(52) That would not have been necessaryItu VBIR NEG VBKP KOP:INF mutlakHal itu memang tidak mutlak seperti itu.
Konstruksi tersebut dalam bahasa Indonesia mengandung klausa bawahan yang diawali dengan: kalau seandainya atau kalau sekiranya.
Modus
imperative merupakan modus yang digunakan untuk memerintah atau
menyuruh melakukan sesuatu, biasanya bisa disebut juga modus ekshortatif
atau hortative. Modus imperative hortative dapat berupa morfemis yang
disertai konstituen khusus. Contohnya sbb:(34) Ambil buku itu! (Indonesia)
(35) (You) go away! (Inggris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar